Minggu, 14 Oktober 2012

Surat Terakhir Dari Sahabatku Tersayang (Cerita Motivasi) :)


 Panggil saja aku Nesya. Umurku 15 tahun, sudah hampir 1 tahun aku duduk di kelas 1 SMA.

           Tavia (Via) adalah sahabat terbaik yang aku miliki selama aku bersekolah di SMA Jakarta. Hanya 9 bulan aku dapat merasakan suka duka bersahabat bersama Via hingga akhirnya aku harus beranjak pindah ke Kalimantan mengikuti kepindahan kerja ayahku. Via juga sangat dekat dengan kedua orang tuaku. Aku dan Via sama-sama anak tunggal. Maka dari itu, sangat sedih saat harus meninggalkan Jakarta yang penuh kebahagiaan bersama Via.

            Perpisahan yang sangat haru saat Via mengantar aku ke Bandara melepas kepindahanku. Via memberikanku sebuah boneka Teddy lucu yang ia beri nama Visya (perpaduan nama Via dan neSYA), aku benar-benar senang mempunyai sahabat seperti Via.

             Setelah kepindahanku, aku dan Via hanya dapat bersahabat pena, kita saling bercerita melalui perantara surat-surat mungil.

Sampai suatu saat, Via mengirimkan surat kepadaku beramplop ungu muda, warna favorit kita berdua :)


***
Teruntuk Sahabatku Tersayang,
Nesya


Nes, ingin rasanya aku berteriak untuk melepaskan beban hatiku yang teramat berat.
Aku merindukanmu Nes, aku ingin menceritakan semua bebanku kepadamu, aku butuh kamu, Nes :’(

Masalah di dalam keluargaku makin rumit, Nes.
Orang tuaku ingin bercerai :’(
Apa mereka tidak pernah memikirkan perasaanku, Nes? Apa mereka menganggap aku ini tak pernah ada? Kenapa semua ini terjadi padaku, Nes?

Aku hanyalah serpihan debu tak berarti untuk kedua orang tuak. Aku merasakan hidup sendiri saat kau sudah tak bisa menemani hari-hariku lagi.

Aku ingin bersenda gurau bersama keluargamu lagi. Aku tak bisa merasakan kasih sayang orang tua lagi saat kalian telah pindah :’(

Orang tuaku sudah tak dapat disatukan kembali, mereka  EGOIS, aku BENCI itu.
Hanya kesibukan yang ada dibenak mereka. Mereka tak menganggap keberadaanku sebagai anak tunggalnya.
AKU BENCI SEMUA INI, Nes.
Ingin rasanya aku menjatuhkan diriku keras-keras agar semua beban bersama nyawaku hilang, dan aku takkan pernah merasakan hidup sendiri lagi.

Aku ingin bertemu denganmu.
Rindukah kau padaku, Nes?
Mainlah ke rumahku saat liburan kenaikan kelas nanti. Atau kita bisa bertemu di suatu tempat.
Aku ingin melepaskan semua bebanku bersamamu. Mencurahkan semua isi hatiku, menangis dipelukanmu yang begitu tulus, dan tertawa untuk melupakan semua beban.

Oya, bagaimana kabar Visya?
Semoga Visya dapat menjadi sahabatmu disaat kamu kesepian, seperti kamu menjadi sahabat terbaik untukku :’)

Segera balas suratku, Nes.
Aku menunggu :)
I MISS YOU, MY BESTIES :’)


***

          Pagi yang haru saat itu, menemani aku membaca surat dari Via. Sungguh, aku tak dapat menahan air mataku saat membaca surat dari Via.
Dia begitu merindukanku, dia sangat membutuhkanku. Baru kali ini aku memiliki sahabat seperti Via, yang mau berbagi dalam setiap keadaan bersamaku, yang tak pernah ragu untuk menceritakan semua masalah hidupnya.

           Tetapi aku salut sama Via, dia tetap menjadi sosok ceria, periang, penuh semangat, dan sangat tegar di depan semua orang, walaupun sebenarnya aku mengerti, sangat perih luka yang menghantam hatinya Via.
Aku sebagai sahabatnya tetap ikut ceria bersamanya agar ia tak pernah merasa sedih lagi saat aku didekatnya.

            Tapi kini, semua tinggal kenangan, aku dan Via sudah tak dapat berbalas surat, tak dapat bertemu lagi :’(

            Beberapa jam sebelum aku membaca surat dari Via, aku dikabarkan oleh Naya (teman sekelas aku dan Via di SMA Jakarta) bahwa Via mengalami kecelakaan yang membuatnya koma.
Dan ntah apa yang aku rasakan, aku sungguh menyesal, sempat aku menyalahkan diriku sendiri, karena Via kecelakaan saat ia ingin mengantarkan surat ke kantor pos untuk kemudian dikirimkan kepadaku.

           Setelah aku mendapat kabar dari Naya, aku langsung meminta orang tuaku yang sedang di rumah untuk ke Jakarta. Dan orang tuaku yang sudah menganggap Via seperti anaknya sendiri langsung beranjak membereskan barang-barang untuk dibawa ke Jakarta, begitu pula aku. Aku membereskan barang-barangku bersama air mata yang sulit terhenti.

           Ya Allah, maafkanlah aku, selamatkanlah Via seperti sedia kala, aku ingin Via kembali tertawa bersamaku.
Itulah yang berulang kali aku ucapkan dalam hati saat perjalananku pagi buta di pesawat menuju Jakarta bersama orang tuaku.

          Jam tanganku menunjukkan pukul 08.57, dan akhirnya aku tiba di Bandara Jakarta. Tak lama, aku mendapat telfon dari Naya. Naya berkata bahwa Via meninggal dunia. Sontak aku pun mengucapkan innalillahiwainnalillahi roji’un.
Aku lemas, tubuhku terasa tak ada tenaga sedikitpun, handphone ku jatuh, begitu pula aku, aku menangis dan beberapa kali memanggil nama Via.

            Ayahku langsung menopangku seperti bayi, dan ibuku membawakan ranselku. Kami pun langsung menaiki taksi dan menuju rumah Via.
Aku tak hentinya menangis. Kesal, kesal, dan sangat kesal dalam hatiku, aku bersalah Ya Allah :’(
Sesekali aku meminta supir taksi untuk mengemudikan dengan cepat.
Aku ingin melihat Via untuk terakhir kalinya.

            1jam kemudian, sampailah aku di rumah Via. Dengan sigap aku langsung membuka pintu taksi dan berlari ke dalam rumah Via tanpa menghiraukan apapun.
Bendera kuning, wangi bunga yang khas menghiasi kedukacitaan di rumah Via.

            Via, kulitnya yang putih membuat ia terlihat sangat pucat, bibirnya yang penuh senyum kini bungkam tak bergerak. Matanya yang memancarkan ketulusan, kini tertutup tenang untuk selamanya.

            Isak tangisku begitu terasa saat aku melihat Via yang hanya mampu berbaring kaku.
Viaaaaaaaaaaa...... ingin rasanya aku aku berteriak dan memeluk sahabat tersayangku ini.

            Aku pun ditenangkan oleh papanya Via yang juga terlihat amat sedih dan menyesal. Papanya Via memberikanku surat mungil beramplop ungu muda dan banyak bersak darahnya.
Aku pun segera duduk tenang dan membacanya dalam hati dengan isak tangis yang amat mendalam.

            Pagi menjelang siang, Via pun disholatkan, dan aku bersama yang lain mengantarkan Via ke tempat peristirahatan abadinya. Aku tak hentinya menangis.

            Semua berlalu, aku ikhlas Via pergi meninggalkanku selamanya. Aku dan keluargaku yang masih di Jakarta dipersilahkan orang tua Via untuk menginap di rumahnya. Dan aku tidur di kamar Via.
Ya Allah selama 2 bulan lebih tak bertemu Via, dia mencurahkan seluruh isi hatinya dengan seperti ini. Ia menulis di sebuah kertas dan menempelkannya di dinding ungu mudanya. Begitu banyak curhatan Via di dinding kamarnya, semua tentang kekesalan hatinya, kesedihan yang teramat dalam karena ia merasa hidup sendiri dan tidak mempunyai siapa-siapa.

            Aku sangat sangat merindukanmu Via :’(. Seperti itulah jawabanku untuk pertanyaanmu di dalam surat itu, Via.
Aku akan selalu mengenangmu Via, kau adalah
SAHABAT TERHEBAT YANG AKU MILIKI :’)
Aku akan selalu mendoakanmu Via.
I’LL ALWAYS MISS YOU MY BELOVED BESTIES :’*


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Messages:
Semua orang punya msalahnya masing-masing, besar atau kecilnya masalah itu, jangan pernah takut dan ragu untuk berbagi kepada seseorang yang kamu anggap dapat mengerti setiap keadaan kamu :)
This note for you :)

Ini cumen iseng-iseng aja :D
Mencoba untuk berbagi motivasi buat semuanya, supaya kita etep bisa kuat ngejalanin apapun masalahnya :’D

So be strong for anything problems of you.
Jangan pernah putus asa melalui pahitnya hidup ini, juga jangan pernah beranggapan bahwa kamu seperti hidup sendirian, karena kamu pasti punya seseorang atau mungkin banyak orang yang dapat mengerti kamu :)

Dan jangan pernah lelah untuk terus berdoa, karena Allah pasti selalu bersama kamu :)

KEEP SPIRIT ALL :D


Oya, maaf kalo alurnya cukup ribet, akunya lagi nyoba bikin cerita pake alur campuran.
Makasih buat yang udah baca, kalo gak suka maaf banget yaaaa, baru belajar :)
Yang mau ngasih pendapat atau kritikan, boleh bangeeeeet :D ahahaha.

Once again, thankies yaaaa :* :D
Yang Mau Di Tagin Comment+Like